Kamis, 29 Januari 2015

Baru tahu ada najis dibajunya, setelah selesai shalat.. sahkah shalatnya..?

Soal: 

Jika seseorang mendapatkan najis pada bajunya setelah mengucapkan salam dari shalatnya, apakah dia harus mengulanginya?

Jawab: 

Siapa yang shalat sementara di badannya atau bajunya terdapat najis sedangkan dia tidak mengetahuinya kecuali setelah shalat, maka shalatnya shahih menurut salah satu pendapat terkuat diantara dua pendapat para  ulama, begitu juga jika dia telah mengetahuinya terlebih dahulu kemudian lupa saat pelaksanaan shalat dan baru ingat setelah selesai melaksanakan shalat, maka shalatnya sah, berdasarkan firman Allah ta’ala:

                                                                                                    لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
 “Ya Tuhan kami janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah "   (Al-Baqarah: 286 ).

Begitu juga  terdapat riwayat yang shahih dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم, bahwa saat beliau shalat suatu hari terdapat pada terompahnya kotoran, kemudian malaikat Jibril memberitahukannya akan hal tersebut, maka beliau melepas terompah tersebut lalu meneruskan shalatnya dan tidak mengulanginya dari awal. Dan hal ini termasuk kemudahan dan rahmat dari Allah ta’ala kepada hamba-Nya.

Adapun jika seseorang shalat sedangkan dia lupa bahwa dirinya memiliki hadats, maka dia harus mengulangi shalatnya berdasarkan kesepakatan para ulama. Sebagaimana hadits Rasulullah صلى الله عليه و سلم :

                                          لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طَهُوْرٍ وَلاَ صَدَقَةٌ مِنْ غُلُوْلٍ .  أخرجه مسلم في صحيحه                                             
“Tidak diterima shalat seseorang tanpa bersuci dan sedekah yang berasal dari barang (hasil)tipuan" (Riwayat Muslim dalam Shahihnya)

Begitu juga berdasarkan hadits Rasulullah صلى الله عليه و سلم:

                                                             لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ  . متفق على صحته
“Tidak diterima shalat salah seorang diantara kamu jika dia memiliki hadats sampai dia berwudhu” (Muttafaq alaih).

Sumber : 
 فتاوى مهمة تتعلق بالصلاة
عبدالعزيز بن عبدالله بن باز
ترجمة: عبد الله حيدر
مراجعة: د. محمد معين بصري - إيرواندي ترمذي
المكتب التعاوني للدعوة وتوعية الجاليات بالربوة بمدينة الرياض
FATWA-FATWA PENTING TENTANG SHALAT
SYAIKH ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ
Penerjemah: ABDULLAH HAIDIR
Murajaah: DR.MUH.MU’INUDINILLAH BASRI, MA
ERWANDI TARMIZI
Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

Senin, 26 Januari 2015

Al Firqatun Najiyah ( golongan yang selamat ) adalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

 AL-FIRQATUN NAJIYAH ADALAH AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH

   
Pada masa kepemimpinan Rasulullah صلى الله عليه و سلم kaum muslimin itu adalah umat yang satu, sebagaimana yang difirmankan Allah سبحان الله و تعلى:

21:92


“Sesungguhnya kalian ini adalah umat yang yang satu, dan Aku (Allah) adalah Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Ku”. ( Al Anbiyaa: 92).
Maka kemudian, sudah beberapa kali kaum Yahudi dan munafiqun berusaha memecah-belah kaum muslimin pada zaman Rasulullah صلى الله عليه و سلم, namun mereka belum pernah berhasil. Orang munafiqun berkata seperti yang dikisahkan oleh Allah سبحان الله و تعلى:

63:7


“Janganlah kamu berinfaq kepada orang-orang yang berada di sisi Rasulullah, supaya mereka bubar”. “Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, akan tetapi orang-orang munafiq itu tidak mengetahui".( Munafiqun : 7).
Demikian pula, kaum Yahudipun berusaha memecah- belah dan memurtadkan mereka dari agama mereka:

3:72


“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab telah berkata (kepada sesamanya): “(pura-pura) berimanlah kamu kepada apa yang diturunkan kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman (para shahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah pada akhirnya, mudah-mudahan (dengan cara demikian) mereka (kaum muslimin) kembali kepada kekafiran”. (Ali Imran: 72).
   
Walaupun demikian, makar yang seperti itu tidak pernah berhasil karena Allah membongkar dan mengungkapkan niat buruk mereka.
Kemudian mereka berusaha untuk kedua kalinya, mereka berusaha kembali memecah belah kesatuan kaum muslimin (Muhajirin dan Anshar) dengan mengingatkan kembali kaum Anshar akan permusuhan di antara mereka sebelum datangnya Islam dan mendendangkan syair saling ejek antar suku di antara mereka.  Allah membongkar makar tersebut dalam firman-Nya:

3:100


“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti segolongan orang-orang yang diberi Al Kitab niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang kafir sesudah kalian beriman”. ( Ali Imran: 100).
Hingga firman Allah سبحان الله و تعلى :


 “Pada hari yang di waktu ada wajah-wajah berseri-seri, dan muram…”. (Ali Imran: 106).
Maka kemudian Nabi صلى الله عليه و سلم mendatangi kaum Anshar menasihati dan mengingatkan mereka akan nikmat Islam, dan bersatunya mereka melalui Islam, sehingga pada akhirnya mereka saling bersalaman dan berangkulan setelah hampir terjadi perpecahan, dengan demikian gagallah makar Yahudi, dan tetaplah kaum muslimin berada dalam persatuan. Allah memang memerintahkan mereka untuk bersatu di atas Al Haq dan melarang berselisih dan berpecah, sebagaimana firman-Nya:

3:105


“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih sesudah datangnya keterangan yang jelas.Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”. ( Ali Imran: 105).
Dan firman-Nya pula:


 “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berpecah-pecah”. (Ali Imran: 103).
Dan sesungguhnya Allah telah men-syariatkan persatuan kepada mereka dalam melaksanakan berbagai macam ibadah; seperti shalat, puasa, menunaikan haji dan dalam mencari ilmu, Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم telah memerintahkan kaum muslimin ini agar bersatu dan melarang mereka dari perpecahan dan perselisihan. Bahkan beliau telah menyampaikan suatu berita yang berisi anjuran untuk bersatu dan larangan untuk berselisih, yakni berita tentang akan terjadinya perpecahan pada umat ini sebagaimana hal tersebut telah terjadi pada umat-umat sebelumnya, sabda Beliau صلى الله عليه و سلم :

 فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ

“Sesungguhnya barangsiapa yang masih hidup di antara kalian dia akan melihat banyak perselisihan, maka berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk setelah Aku” (1).
Dan sabdanya pula:

  افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى اثْنَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَة. قُلْنَا: مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِيْ

“Telah berpecah kaum Yahudi menjadi tujuh puluh satu galongan, dan telah berpecah kaum Nashrani menjadi tujuh puluh dua golongan, sedang umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Maka kamipun bertanya siapakah yang satu itu, wahai Rasulullah? beliau menjawab: yaitu barangsiapa yang berada pada yang aku dan para shahabatku jalani ini” (2).
Sesungguhnya telah nyata apa yang telah diberitakan Rasulullah صلى الله عليه و سلم maka berpecahlah umat ini pada akhir generasi sahabat walaupun perpecahan tersebut tidak berdampak besar pada kondisi umat di masa generasi yang dipuji oleh Rasulullah dalam sabdanya:

 خَيْرُكُمْ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi yang datang sesudahnya, kemudian yang datang sesudahnya”. (3) 
Perawi hadits ini berkata: “saya tidak tahu apakah Rasulullah صلى الله عليه و سلم menyebut setelah generasinya dua atau tiga generasi”.
Yang demikian tersebut bisa terjadi karena masih banyaknya ulama dari kalangan muhadditsin, mufassirin, dan fuqaha. Mereka termasuk sebagai ulama tabiin dan pengikut para tabiin serta para imam yang empat dan murid-murid mereka. Juga disebabkan masih kuatnya daulah-daulah Islamiyyah pada abad-abad tersebut sehingga firqah-firqah menyimpang yang muncul pada waktu itu mengalami pukulan yang melumpuhkan baik dari sisi hujjah maupun politik.
Setelah berlalunya abad-abad yang dipuji ini bercampurlah kaum muslimin dengan pemeluk beberapa agama-agama yang bertentangan. Buku-buku ilmu ajaran kafir diterjemahkan dan para raja Islampun mengambil beberapa kaki tangan pemeluk ajaran kafir untuk dijadikan menteri dan penasihat kerajaan, maka semakin dahsyatlah perselisihan di kalangan umat dan bercampurlah berbagai ragam golongan dan ajaran. Begitulah madzhab-madzhab yang bathilpun ikut bergabung dalam rangka merusak persatuan umat.
Hal itu terus berlangsung hingga zaman kita sekarang dan sampai masa yang dikehendaki Allah. Karena Al Firqatun Najiyah Ahlus Sunnah Wal Jamaah masih tetap berpegang teguh dengan ajaran Islam yang benar dan berjalan di atasnya, dan menyeru kepadanya, bahkan akan tetap berada dalam keadaan demikian sebagaimana diberitakan dalam hadits Rasulullah tentang keabadiannya, keberlangsungannya dan ketegarannya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah demi langgengnya hujjah atas para penentangnya.
Sesungguhnya kelompok kecil yang diberkahi ini meniti jalan yang pernah ditempuh para sahabat  رضي الله عنهم, bersama Rasulullah صلى الله عليه و سلم baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinannya seperti yang disabdakan oleh beliau:

 هُمْ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِيْ

“Mereka yaitu barang siapa yang berada pada apa-apa yang aku dan para sahabat jalani hari ini”
Sesungguhnya mereka itu adalah penerus yang baik dari orang-orang yang tentang mereka Allah telah firmankan:

11:116


“Maka mengapakah tidak ada umat-umat sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan (keshalihan) yang melarang dari berbuat kerusakan di muka bumi kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah kami selamatkan di antara mereka, dan orang –orang yang dzalim hanya mementingkan kemewahan yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Huud: 116).

( 1 )    Dikeluarkan oleh Abu Dawud: 5/4607 dan tirmidzi: 5/2676 dan dia berkata hadits ini hasan shahih, juga oleh Imam Ahmad: 4/ 126-127, dan Ibnu Majah : 1/ 43.
( 2 )    Diriwayatkan oleh Tirmidzi: 5/ 2641, dan Al Hakim dalam mustadraknya: 1/ 128-129, dan Al Ajuri dalam Asy Syari’ah : 16, dan Imam Al Lalikaai dalam syarah ushul I’tiqaad Ahlis sunnah Wal jamaah: 1/ 145-147.
( 3 )   Diriwayatkan oleh Bukhari:3/3650. dan Muslim : 6/ 86.

Disalin dari, 
PRINSIP-PRINSIP AQIDAH
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
أصول عقيدة أهل السنة والجماعة

 SYAIKH SHALEH AL FAUZAN
صالح بن فوزان الفوزان
Penerjemah: RAHMAT AL-‘ARIFIN MUHAMMAD BIN MA’RUF
ترجمة: رحمة العارفين محمد بن معروف
Murajaah: DR.MUH.MU’INUDINILLAH BASRI, MA
ERWANDI TARMIZI
مراجعة: محمدون عبد الحميد - د. محمد معين بصري - إيرواندي ترمذي
Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah
 المكتب التعاوني للدعوة وتوعية الجاليات بالربوة بمدينة الرياض

Minggu, 25 Januari 2015

Amalan amalan penghapus dosa


Di antara wujud kasih sayang Allah سبحان الله و تعلى bagi para hamba -Nya adalah bahwa Dia menyiapkan bagi mereka perkara-perkara yang bisa menghapuskan dosa-dosa mereka dan menghilangkannya. Semua perkara yang menghapuskan dosa-dosa ini dan menghilangkannya adalah perkataan, perbuatan yang disyari’atkan oleh Allah سبحان الله و تعلى di dalam kitab -Nya atau dengan lisan Rasul -Nya Muhammad صلى الله عليه و سلم. Di antara perbuatan itu adalah:

Pertama; Beriman kepada Allah عزوجلّ, mentauhidkannya dan beramal shaleh. 

Allah سبحان الله و تعلى berfirman:

29:7

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 7)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah  رضي الله عنه bahwa Nabi  Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, “Pintu-pitu surga dibuka pada hari senin dan kamis, lalu Allah mengampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.

Kedua: Menjauhi dosa-dosa besar. 

Allah سبحان الله و تعلى berfirman:

4:31
 Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Al-Nisa’: 31)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah رضي الله عنه bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, Shalat lima waktu, jum’at yang satu kepada jum’at yang lain, Ramadhan yang satu dengan ramadhan yang lain adalah penghapus dosa selama dosa-dosa besar dijauhi”.

Ketiga: Taubat yang benar-benar taubat. 

Allah سبحان الله و تعلى berfirman:

25:68
25:69


25:70

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya. (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqon: 68-70).

Keempat: Istigfar.

 Allah سبحان الله و تعلى berfirman:

4:106

dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Nisa’: 106)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid  رضي الله عنه bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda: Barangsiapa yang mengucapkan,

أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه

(Aku meminta ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri dan aku memohon taubat kepada -Nya). Maka dia akan diampuni dosa-dosanya sekalipun dia berlari dari peperangan”.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Dzar  رضي الله عنه bahwa Nabi menceritakan tentang firman Tuhannya bahwa Dia berfirman: "Wahai hambaKu sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa dan kesalahan baik pada waktu siang atau malam, dan Aku mengampuni semua dosa-dosamu, maka mintalah ampun kepadaKu niscaya Aku pasti mengampunimu”.

Kelima: Berwudhu’. 

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Humron, budak Utsman bin Affan رضي الله عنه berkata, “Aku memberikan Utsman air untuk berwudhu’ lalu dia berwudhu’ dengannya, kemudian dia berkata, “Sesungguhnya banyak masyarakat yang mempertanyakan sesuatu yang datangnya dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم namun aku tidak mengetahui dari manakah sumber hadits tersebut?. Hanya saja aku pernah melihat Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian dia berkata, “Barangsiapa yang berwudhu’ dengan cara seperti ini maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju mesjid terhitung sebagai pahala tambahan baginya”.

Keenam: Shalat, berjalan menuju shalat. 

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah  رضي الله عنه bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan terhadap sesuatu yang bisa menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?.  Para shahabat menjawab: “tentu, wahai Rasulullah!”. Beliau menjawab, “Menyempurnakan wudhu’ pada tempat-tempat anggota wudhu’, memperbanyak langkah menuju masjid dan menunggu shalat setelah adzan, maka jagalah amalan tersebut (seperti pasukan yang menjaga perbatasan Negara)”.

Ketujuh: Bersedekah. 

Allah سبحان الله و تعلى berfirman:
2:271


Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (QS. Al-Baqarah: 271)
Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi di dalam kitab sunannya dari hadits riwayat Muadz bin Jabal رضي الله عنه bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, “Tidakkah aku menunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?. Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api”.

Kedelapan; Haji dan Umroh. 

Diriwayatkan oleh An-Nasa’I dari hadits  Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, “Laksanakanlah haji dan Umroh, sebab dia menghapuskan dosa-dosa, kesalahan sebagaimana pandai besi yang menghapuskan karatan besi”.

Kesembilan: Musibah yang menimpa. 

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah  رضي الله عنه berkata: Pada saat turunnya firman Allah سبحان الله و تعلى:

                 مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ

Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (QS.  An-Nisa’: 132). Maka kaum muslimin merasakan kesulitan yang sangat tinggi, dan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, “Berbuatlah yang mendekati  kebenaran dan berbuatlah yang benar, maka pada setiap apapun yang  menimpa seorang muslim sebagai penghapus bagi dosa-dosanya, bahkan musibah yang menimpanya atau duri yang menusuknya (sebagai penghapus dosa baginya)”.

Kesepuluh: Beribadah pada malam-malam bulan Ramadhan. 

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah  رضي الله عنه bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah سبحان الله و تعلى maka dia akan diampuni dosa-dosa yang pernah lalu”.  Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah  رضي الله عنه bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda, “Barangsiapa yang bangkit untuk beribadah pada masa-masa Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah سبحان الله و تعلى maka akan diampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu”.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad صلى الله عليه و سلم dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.



Disalin dari, Hal-Hal yang Menghapuskan Dosa
Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Rabu, 21 Januari 2015

Sekali lagi..kembalilah ke Majelis Ilmu

"Dahulu ilmu ini adalah sesuatu yang sangat mulia, sebab dari mulut ulamalah ilmu itu di ambil".
Namun ketika ilmu itu pindah kedalam lembaran-lembaran buku, lenyaplah cahayanya lalu berpindahlah pada orang yang bukan ahlinya". (Imam Al Auza'i -rahimahullah-) Catt: Mengambil ilmu langsung dari para ulama/ustadz merupakan sunnah para salafussholeh. 
Bahkan dulu mereka melarang para penuntut ilmu menimba ilmu dari orang yg hanya mengandalkan bacaan saja tanpa duduk dimajelis ilmu. 
Ibnu Aun -rahimahullah- berkata: 
 "Janganlah kalian mengambil ilmu kecuali dari orang yang dikenal telah menuntut ilmu dari ulama" Sulaiman bin Musa -rahimahullah- juga mengatakan: "Ilmu itu tidak diambil dari seorang kutu buku" (At-Tamhid jilid: 1 hal: 44-45) 
Nah dari seorang kutu buku saja tidak apalagi dari muridnya Mbah Google..? 
Diantara faidah menimba ilmu dari ulama/ustadz adalah: 
1. Menghemat waktu 
2. Meminimalisir kesalahan 
3. Ilmu akan tertanam kuat dalam ingatan, sebab apa yang didengar jauh lebih mudah diingat ketimbang apa yang dibaca.
4. Belajar Ilmu dan Akhlak dalam waktu bersamaan. "Sekali dayung dua tiga pulau terlampau". Bila ilmu tak dapat paling tidak akhlak sang guru/ustadz
 5. Meraih ketenangan dan keberkahan majelis serta doa semesta. 
Apakah mendengarkan mp3 memiliki hukum yang sama dengan talaqqi..? Tidak sama dari banyak sisi. 
Tapi mendengarkan kajian melalui Mp3 atau video insyaallah cukup bagi yg tidak memiliki waktu untuk duduk dimajelis ilmu. 
Hanya saja, hukum asalnya adalah duduk di majelis ilmu sebab didalamnya ada musyafahan dan musaa'alah yg tidak bisa dilakukan dengan hanya mendengarkan mp3 saja. Disamping keberkahan, ketenangan, dan janji surga yang diberikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
 "Barangsiapa yang menempuh jalan dalam mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga" 
Bagi muhasshil yg telah menguasai rukun ilmu (Ushulul Hadits, Ushulul Fiqh, Ushuulul lughah) tidak mengapa bila dia membaca sendiri, namun bila menemukan sesuatu yg sulit untuk difahami hendaknya dia kembali bertanya pada guru pembimbingnya.

Faidah diatas kami terima saat menemani syaikh Amir Al Qarawy ke Makkah setahun yg lalu. 
Beliau adalah Mahasiswa S3 jurusan Aqidah. Merangkap sebagai dosen UIM dan Qari' tetap syeikh Ali Nasheer Faqihy -hafidzahullah- juga Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily.

Senja ditepi laut merah 19-01-1435 H 
Dipost kembali 28-03-1435 H 
ACT El Gharantaly

Selasa, 20 Januari 2015

Biografi singkat Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu'anhu

 

Khalifah ar-Rasyidin

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu


Khalifah keempat (terakhir) dari al-Khulafa’ ar-Rasyidun (empat khalifah besar); orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak; sepupu Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam yang kemudian menjadi menantunya. Ayahnya, Abu Talib bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abd Manaf, adalah kakak kandung ayah Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, Abdullah bin Abdul Muttalib. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad bin Hasyim bin Abd Manaf. Sewaktu lahir ia diberi nama Haidarah oleh ibunya. Nama itu kemudian diganti ayahnya dengan Ali.


Ketika berusia 6 tahun, ia diambil sebagai anak asuh oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, sebagaimana Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam pernah diasuh oleh yahnya. ada waktu Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam diangkat menjadi rasul, Ali baru menginjak usia 8 tahun. Ia adalah orang kedua yang menerima dakwah Islam, setelah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Sejak itu ia selalu bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam, taat kepadanya, dan banyak menyaksikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam menerima wahyu. Sebagai anak asuh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam, ia banyak menimba ilmu mengenai rahasia ketuhanan maupun segala persoalan keagamaan secara teoretis dan praktis.


Sewaktu Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar as-Siddiq, Ali diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dan tidur di tempat tidurnya. Ini dimaksudkan untuk memperdaya kaum Kuraisy, supaya mereka menyangka bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam masih berada di rumahnya. Ketika itu kaum quraisy merencanakan untuk membunuh Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Ali juga ditugaskan untuk mengembalikan sejumlah barang titipan kepada pemilik masing-masing. Ali mampu melaksanakan tugas yang penuh resiko itu dengan sebaik-baiknya tanpa sedikit pun merasa takut. Dengan cara itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dan Abu Bakar selamat meninggalkan kota Mekah tanpa diketahui oleh kaum Kuraisy.
Setelah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dan Abu Bakar telah sampai ke Madinah, Ali pun menyusul ke sana. Di Madinah, ia dinikahkan dengan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam, yang ketika itu (2 H) berusia 15 tahun. Ali menikah dengan 9 wanita dan mempunyai 19 orang putra-putri. Fatimah adalah istri pertama. Dari Fatimah, Ali mendapat dua putra dan dua putri, yaitu Hasan, Husein, Zainab, dan Ummu Kulsum yang kemudian diperistri oleh Umar bin Khattab.

Setelah Fatimah wafat, Ali menikah lagi berturut-turut dengan:
Ummu Bamin binti Huzam dari Bani Amir bin Kilab, yang melahirkan empat putra, yaitu Abbas, Ja’far, Abdullah, dan Usman. Laila binti Mas’ud at-Tamimiah, yang melahirkan dua putra, yaitu Abdullah dan
Abu Bakar. Asma binti Umair al-Kuimiah, yang melahirkan dua putra, yaitu Yahya dan Muhammad. As-Sahba binti Rabi’ah dari Bani Jasym bin Bakar, seorang janda dari Bani Taglab, yang melahirkan dua nak, Umar dan Ruqayyah; Umamah binti Abi Ass bin ar-Rabb, putri Zaenab binti Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam, yang melahirkan satu anak, yaitu Muhammad. Khanlah binti Ja’far al-Hanafiah, yang melahirkan seorang putra, yaitu Muhammad (al-Hanafiah). Ummu Sa’id binti Urwah bin Mas’ud, yang melahirkan dua anak, yaitu Ummu al-Husain dan Ramlah. Mahyah binti Imri’ al-Qais al-Kalbiah, yang melahirkan seorang anak bernama Jariah.

keutamaannya

Keutamaan Ali bin Abi Thalib sangat banyak. Imam Ahmad berkata, “Belum ada riwayat-riwayat shahih berkenaan dengan keutamaan sahabat yang lebih banyak daripada Ali bin Abi Thalib.”
Di antara keutamaan Ali yaitu;
1. Salah satu dari sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk Surga dan yang paling dekat hubungan nasabnya kepada Rasulullah.
2. Termasuk yang pertama kali masuk Islam dari golongan anak-anak.
3. Termasuk pelaku perang Badar.
Rasulullah bersabda, “Tahukah kamu, sesungguhnya Allah telah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peserta perang Badar. Allah berkata, ‘Lakukanlah sesukamu sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu’.” (Muttafaq ‘Alaih)
4. Ikut serta dalam Baiatur Ridwan.
Allah berfirman, artinya, “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepa- damu di bawah pohon.” (QS. al-Fath: 18).
Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk neraka orang-orang yang ikut dalam baiat di bawah sebuah pohon (yakni Baiat Ridwan).” (Muttafaq ‘Alaih)
5. Rasulullah menjadikannya seperti Harun bagi Nabi Musa
Ini terjadi saat Rasulullah tidak menyertakannya dalam perang Tabuk dan memerintahkannya untuk menjaga kota Madinah. Rasulullah bersabda, “Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa?”(Muttafaq ‘Alaih)
6. Termasuk orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya
Dari Sahal bin Sa’ad bahwa Rasulullah bersabda sebelum perang Khaibar, “Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera ini esok hari kepada seseorang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya. Semoga Allah memberikan kemenangan melalui tangannya.” Semalaman orang-orang membicarakan siapa di antara mereka yang akan diserahi bendera itu. Esok harinya mereka mendatangi Rasulullah masing-masing berharap dialah yang diserahi bendera itu. Lalu Rasulullah bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?” Dijawab, “Dia sedang sakit pada kedua matanya.” Rasulullah bersabda,“Panggil dan bawa dia kemari.” Dibawalah Ali ke hadapan Rasulullah Beliau lalu meludah pada kedua matanya seraya berdoa. Seketika saja dia sembuh seakan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rasulullah menyerahkan bendera itu kepadanya. Ali berkata, “Wahai Rasulullah, aku memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.” Rasulullah bersabda, “Majulah ke depan dengan tenang! Sampai kamu tiba ke tempat mereka, lalu ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak-hak Allah yang wajib ditunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh lebih baik (berharga) bagimu daripada memiliki unta-unta merah.”(HR. Muslim)
7.Ayah dari dua orang penghulu pemuda Surga al-Hasan dan al-Husain.
Rasulullah bersabda,
الحَسَنُ وَالحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ
“al-Hasan dan al-Husain adalah pemimpin pemuda ahli Surga.” (HR. at-Tirmidzi, no. 3781)

Keberaniannya

Ali terkenal sebagai panglima perang yang gagah perkasa. Keberaniannya menggetarkan hati lawan-lawannya. Ia mempunyai sebilah pedang (warisan dari Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam) bernama “Zul Faqar”. Ia turut-serta pada hampir semua peperangan yang terjadi di masa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam dan selalu menjadi andalan pada barisan terdepan.

Di antara bukti kepahlawanannya adalah apa yang tampak jelas pada perang Khandak, pada saat Amru bin Wud menyerang dengan kudanya, di mana orang ini adalah salah seorang penunggang kuda tangguh terkenal suku Quraisy, dia dengan bertopeng besi berseloroh meminta kepada kaum muslimin untuk perang tanding. Dia berkata: Di manakah surga yang kalian claim bahwa jika mati kalian pasti memasukinya?. Apakah kalian tidak memberikan aku seorang lelaki untuk berperang melawanku?. Maka Ali bin Abi Thalib keluar menghadapinya. Orang tersebut berkata: Kemblilah wahai anak saudaraku, dan siapakah paman-pamanmu yang lebih tua darimu, sesungguhnya aku tidak suka menumpahkan darah seorang lelaki sepertimu. Maka Ali bin Abi Thalib berkata: Namun demi Allah, aku tidak sedikitpun merasa benci menumphkan darahmu. Maka musuhnyapun marah dan turun lalu menghunus pedangnya yang seakan kilatan api, lalu bergegas menantang Ali dengan emosi yang meluap. Maka Alipun menghadapinya dengan sebuah perisai lalu Amru menyabetkan pedang nya hingga menancap pada perisai tersebut dan melukai kepala Ali, kemudian Ali memukulkan pedangnya kepundak musuhnya sehingga musuhnya tersungkur hingga terdengarlah suara gaduh (para prajurit), Kemudian setelah Rasulullah saw mendengar suara takbir maka beliau mengetahui bahwa Ali telah menewaskan musuhnya, lalu Ali melantunkan sebuah syair:
Dia membela batu-batuan (berhala) karena kebodohannya
Dan aku membela Tuhan Muhammad dengan akal yang benar
Jangan kau menyangka bahwa Allah mengecewakan agamnya
Begitu juga NabiNya, hai bala tentara yang akan berperang
Dan di antara torehan sejarah hidupnya yang baik adalah pada saat benteng Khaibar sangat sulit ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin, maka Nabi saw bersabda: Aku pasti akan memberikan pedang ini kepada seorang lelaki di mana Allah akan memenangkan agama ini di tangannya, dia mencintai Allah dan RasulNya”. Maka para shahabatpun melalui malam mereka dengan penuh tanda Tanya kepada siapakah panji  Islam itu akan diberikan?. Pada saat pagi tiba para shahabat mendatangi Nabi saw dan setiap mereka ingin jika bendera tersebut diberikan kepada dirinya sendiri. Maka Rasulullah saw bertanya: Di manakah Ali bin Abi Thalib, mereka menjawab: Wahai Rasulullah dia sedang sakit mata. Rasulullah bertanya kembali: Hendaklah ada orang yang pergi memberitahukan agar dia datang‘. Maka diapun datang menghadap, lalu Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam  meludahi kedua matanya dan akhirnya sembuh sehingga sekan tidak pernah terkena penyakit apapun, barulah beliau saw memberikan bendera peperangan kepadanya, dan Ali bertanya kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam : Wahai Rasullah apakah aku akan memerangi mereka sehingga mereka masuk Islam seperti kita ini?. Maka Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam bersabda: Berjalanlah dengan pelan sehingga engkau mendatangi mereka pada halaman rumah mereka, kemudian serulah mereka memeluk Islam, dan beritahukanlah kepada mereka apa-apa yang wajib atas mereka dari hak-hak Allah, demi Allah seandainya salah seseorang mendapat hidayah disebabkan karena usahamu maka hal itu lebih baik dari onta merah”. 
Pada saat Ali sampai di wilayah musuh, maka raja mereka bernama Murhib keluar sambil memainkan pedangnya dengan menyenandungkan sebuah sya’ir :
Khaibar telah mengetahui diriku bahwa aku adalah Murhib
Senjata terhunus dan pahlawan yang berpengalaman
Pada saat peperangan telah berkobar
Lalu Ali berkata menjawabnya:
Aku telah diberi nama oleh ibuku nama Haidarah
Seperti singa hutan yang berperawakan menyeramkan
Aku akan menebas kalian secepat kilat dengan pedangku

Murhib dan Ali saling berduel dengan kedua pedang mereka, dan tebasan pedang Ali lah yang mengahiri hidup musuhnya, sehingga Allah memberikan kemenangan atas kaum muslimin.

Kecerdasannya

Ia juga dikenal cerdas dan menguasai banyak masalah keagamaan secara mendalam, sebagaimana tergambar dari sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, “Aku kota ilmu pengetahuan sedang Ali pintu gerbangnya.” Karena itu, nasihat dan fatwanya selalu didengar para khalifah sebelumnya. Ia selalu ditempatkan pada jabatan kadi atau mufti. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam wafat, Ali menunggui jenazahnya dan mengurus pemakamannya, sementara sahabat-sahabat lainnya sibuk memikirkan soal pengganti Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Setelah Abu Bakar terpilih menjadi khalifah pengganti Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam dalam mengurus negara dan umat Islam, Ali tidak segera membaiatnya. Ia baru membaiatnya beberapa bulan kemudian.


Pada akhir masa pemerintahan Umar bin Khattab, Ali termasuk salah seorang yang ditunjuk menjadi anggota Majlis asy-Syura, suatu forum yang membicarakan soal penggantian khalifah. Forum ini beranggotakan enam orang. Kelima orang lainnya adalah Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’d bin Abi Waqqas, dan Abdur Rahman bin Auf. Hasil musyawarah menentukan Usman bin Affan sebagai khalifah pengganti Umar bin Khattab.

Meninggalnya

Dalam sebuah riwayat Ali terbunuh pada waktu subuh tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Beliau dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang pembesar Khawarij. Pembunuh Ali akan menjadi orang yang paling celaka, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah, “Maukah kalian berdua aku beritahu siapa manusia paling celaka dari dua orang laki-laki? Kami menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Nabi bersabda, ‘Seorang laki-laki berkulit merah di kalangan Tsamud pembunuh unta dan orang yang memukulmu, ya Ali, di sini (ubun-ubunnya) hingga basah oleh darah yakni jenggotnya.” (HR. Ahmad, 4/263).
Ali menjabat khalifah selama kurang lebih 5 tahun.
Semoga Allah senantiasa meridhai Amirul Mukminin imam asy-Syahid Ali bin Abi Thalib.
Disalin dari Biografi Ahli hadits dan tambahan dari artikel KajianIslam.net

Kamis, 15 Januari 2015

Syarat, rukun, wajib, sunah Shalat

Syarat-Syarat Sholat

 

1.    Islam
2.    Berakal
3.    Baligh (dewasa)
4.    Masuk waktu
Fajar : dari terbit fajar sampai terbitnya matahari
Dhuhur : setelah matahari  tergelincir hingga waktu ashar (ketika bayang-bayang sesuatu sama panjang   )
Asar : dari waktu asar hingga    terbenamnya matahari                                       
Maghrib : dari setelah  terbenamnya matahari hingga hilangnya garis-garis merah   
Isya’ : maghrib hingga pertengahan malam
5.    Menutup aurat
Laki-laki: dari pusar hingga lutut
Wanita   : seluruh badan selain muka dan kedua tapak tangan selama  sholat
6.    Bersuci
Dari hadats kecil (yang mewajibkan wudhu)
Dari hadats besar (yang mewajibkan mandi)
7.    Menghilangkan najis
-dari badan
-dari pakaian
-dari tempat sholat
8.    Menghadap kiblat
9.    Niat (Hendak menunaikan sholat tersebut)

Rukun-Rukun Sholat

1.    Berdiri jika mampu
2.    Takbirotul Ihrom
3.    Membaca Al-Fatihah
4.    Ruku’
5.    Berdiri dari ruku’
6.    Dua kali sujud
7.    Duduk antara dua  sujud
8.    Duduk untuk tasyahud akhir
9.    Membaca tasyahud akhir
10.    Salam
11.    Tuma’ninah (tenang)
12.    Tertib/urut

Perhatian: Jika satu rukun ditinggalkan secara sengaja maka batal sholatnya dan jika ditinggalkan tanpa sengaja maka ia kerjakan rukun tersebut kemudian sujud sahwi

Wajib-Wajib  Sholat

1.    Seluruh takbir selain takbirotul ihrom
2.    Membaca : سبحان ربي العظيم
       Maha suci Robku yang maha agung
3.    Membaca : سمع الله لمن حمده
       Allah mendengar siapa yang memuji-Nya
4.    Membaca : ربنا لك الحمد
       Wahai Robb kami bagi-Mulah segala puji
5.    Membaca : سبحان ربي الأعلى
       Maha Suci Robku yang Maha Tinggi
6.    Membaca :ربي اغفرلي
       Ya Robbku ampunilah aku
7.    Duduk untuk tasyahud awal
8.    Membaca tasyahud awal

Perhatian : Jika meninggalkan satu kewajiban dengan sengaja batal sholatnya sedang jika meninggalkan tanpa sengaja (lupa) tidak wajib mengerjakannya tetapi melakukan sujud sahwi


Sunnah-Sunnah Sholat

1.    Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri di dada
2.    Membaca doa istiftah
3.    Mengangkat kedua tangan untuk takbir
4.    Membaca surat selain Al Fatihah
5.    Berdoa setelah tasyahud akhir
6.    Menunjuk dengan telunjuk ketika tasyahud
7.    Mengeraskan bacaan bagi imam pada sholat jahriyah.

Hal-Hal Yang Membatalkan Sholat

1.    Sengaja meninggalkan satu rukun atau kewajiban atau syarat dari           syarat-syarat sholat                     
2.    Batal wudhu’
3.    Berbicara atau tertawa dengan sengaja
4.    Makan atau minum dengan sengaja
5.    gerakan berlebihan yang bukan termasuk sholat

Hal-Hal Yang Dibenci (Makruh) Pada Sholat

1.    Mengangkat (pandangan) kedua mata ke langit, mengejamkanya atau melihat ke sekelilingnya
2.    Gerakan yang tidak penting
3.    Menahan kentut atau buang air (besar atau kecil)
4.    Sholat dihadapan makanan yang menariknya
5.    Sholat pada tempat-tempat yang terdapat gambar-gambar atau patung.

Di salin dari:
Fiqih Level -1
Disusun Oleh : Divisi Dakwah Kantor Dakwah Rabwah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Selasa, 13 Januari 2015

MANHAJ [ JALAN ] GOLONGAN YANG SELAMAT

Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya.


Yaitu Al-Qur'anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya:

"Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga)." (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami')
 

Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah:


4:59

"Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat-nya." (An-Nisaa': 59)

4:65

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisaa': 65)
 

Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan seseorang atas Kalamullah dan RasulNya, realisasi dari firman Allah:

 

49:1

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1)

Ibnu Abbas berkata:

"Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, 'Nabi Shallallahu'alaihi wasallam  bersabda, sedang mereka mengatakan, 'Abu Bakar dan Umar berkata'." (HR. Ahmad dan Ibnu 'Abdil Barr)
 

Golongan Yang Selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid.


Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo'a dan memohon pertolongan baik dalam masa sulit maupun lapang, menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk ibadah lain yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya yang banyak ditemui di negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para rasul dan Rasul kita Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam.
 

Golongan Yang Selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya.


Karena itu mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaumnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi:

"Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing." (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak." (Al-Albani berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih")
 

Golongan Yang Selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang berbicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu.


Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu'alaihi wasallam:

"Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat." (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad)

Imam Malik berkata, "Tak seorang pun sesudah Nabi Shallallahu’alaihi wasallam melainkan ucapannya diambil atau ditinggalkan (ditolak) kecuali Nabi Shallallahu'alaihi wasallam (yang ucapannya selalu diambil dan diterima)."
 

Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits.


Tentang mereka Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

"Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah." (HR. Muslim)

Seorang penyair berkata, "Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa mereka bergaul dengannya.
 

Golongan Yang Selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.


Golongan Yang Selamat mengambil fiqih (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur'an, hadits-hadits yang shahih, dan pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih. Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.
 

Golongan Yang Selamat menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.


Mereka melarang segala jalan bid'ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid'ah dalam hal agama maupun dalam hal sunnah Rasul dan para sahabatnya.
 

Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya.


Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Surga atas anugerah Allah dan syafa'at Rasulullah dengan izin Allah.
 

Golongan Yang Selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia apabila undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.


Golongan Yang Selamat mengajak manusia berhukum kepada Kitabullah yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman.

Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, kemerosotan, dan mundurnya khususnya dunia Islam, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah. Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'ad: 11)
 

Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.


Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:
Pertama, jihad dengan lisan dan tulisan: Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih, tauhid yang murni dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda:

"Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga kelompok-kelompok dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sehingga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala." (Ha-dits shahih , riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim)

Kedua, jihad dengan harta: Menginfakkan harta buat penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak buku-buku dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa ma-kanan, pakaian atau keperluan lain yang dibutuhkan.

Ketiga , jihad dengan jiwa:Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah ( Laa ilaaha illallah) tetap jaya sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina. Dalam hu-bungannya dengan ketiga perincian jihad di atas, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

"Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu." (HR. Abu Daud, hadits shahih)

Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah:
Pertama , fardhu 'ain :
Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan agresi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Agresor-Agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan jika berpangku tangan ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi terkutuk itu enyah dari wilayah Palestina. Mereka harus berupaya mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun jiwa.

Kedua, fardhu kifayah:
Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain kewajibannya menjadi gugur. Seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa menghalangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar.

Disalin dari :

AL FIRQOTUN NAAJIYAH
JALAN GOLONGAN YANG SELAMAT
Syaikh Muhammad Jamil Zainu





Hukum Shalat di Masjid yang ada kuburannya

Pertanyaan :

Apa hukumnya shalat di masjid jika didalamnya terdapat kuburan atau di halamannya atau di kiblatnya?

Jawab:

Jika didalam masjid terdapat kuburan, maka shalat didalamnya tidak sah, sama saja apakah kuburannya berada dibelakang orang yang shalat atau didepannya atau disebelah kanannya atau kirinya, berdasarkan hadits nabi صلى الله عليه و سلم:

                       [ لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ  [متفق عليه
                                                                                                                               
“Allah melaknat orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kuburan para Nabinya sebagai masjid " (Muttafaq alaih).
Juga berdasarkan hadits Rasulullah صلى الله عليه و سلم:

( أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوْا اْلقُبُوْرَ مَسَاجِدَ فَإِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ )

“Ketahuilah bahwa orang-orang sebelum kamu telah menjadikan kuburan para nabinya dan orang-orang shaleh sebagai masjid, ketahuilah, janganlah kalian menjadikan masjid sebagai kuburan, sesungguhnya aku melarang yang demikian itu" (Riwayat Muslim dalam Ash-Shahih).

Dan karena shalat di masjid yang terdapat kuburannya akan menjadi sarana kesyirikan dan ghuluw (pemujaan yang berlebih-lebihan terhadap seseorang -pent) maka wajib mencegah hal seperti itu berdasarkan kedua hadits yang telah disebutkan dan riwayat yang lainnya yang senada serta sadduzzari’ah (menutup celah terjadinya kemunkaran/ syirik).

Disalin dari :

FATWA-FATWA PENTING TENTANG SHALAT
ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ
Penerjemah: ABDULLAH HAIDIR
Murajaah: DR.MUH.MU’INUDINILLAH BASRI, MA
ERWANDI TARMIZI
Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

Senin, 12 Januari 2015

Jadilah Mukmin yang kuat


BAGAI MENGGENGGAM BARA API


Rasulullah shallahu alaihi wasalam bersabda:

 " Akan datang suatu zaman dimana orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api." (HR. Tirmidzi) 

Hadits ini merupakan berita tentang masa-masa sulit yang akan dilalui oleh orang-orang yang ingin tetap menegakkan kebenaran dan teguh diatas prinsip hidup para salafus sholeh. 
Prinsip untuk tetap meniti jalan kebenaran meskipun terjal dan berbatu. Prinsip untuk tetap memelihara kejujuran di tengah arus kebohongan dan kepalsuan. 
Prinsip untuk tetap memelihara amal kebajikan ditengah gelombang kemaksiatan dan pasang surut keimanan. 
Namun disisi lain, hadits ini juga sebagai petunjuk agar kita lebih siap menerima kejutan-kejutan hidup yang mungkin menyesakkan dada jika kita ingin tetap memegang teguh nilai-nilai kebenaran. Agar kita tetap kuat menggenggam bara api itu dan kuat melawan arus kehidupan yang menghanyutkan. Karena seluruh hidup adalah drama. Diatas taqdir-Nya kita menyusun sebagian besar kisah tentang tentang kita, kemudian menjalaninya dan menutupnya dengan segala jenis ending. 
Menjadi pecundang..? 
Pahlawan..? 
Pemburu surga..? 
Atau pemalas yang masa bodoh..? 
Semoga Allah meneguhkan langkah kita diatas manhaj salafus sholeh, menutup hidup kita dengan Husnul Khootimah... 

Ustadz Aan Chandra Thalib 
Madinah Diujung Senja, Sabtu 18 Shafar 1435 H

Fadhail Iman kepada Allah

1.    Allah سبحان الله و تعلى berfirman:

 
57:21

"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Q.S. Al Hadid: 21).

2.    Allah سبحان الله و تعلى berfirman:
                                                                                                                                                                                      
18:107
                                  
 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal", (Q.S. Al Kahfi: 107).

3.    Hadist Nabi صلى الله عليه و سلم:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ   قاَلَ: سُئِلَ النَّبِيُّ   أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: (إِيْمَانٌ باِللهِ وَرَسُوْلِهِ) قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (اْلجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ) قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: (حَجٌّ مَبْرُوْرٌ) مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
 
Dari Abu Huraira  رضي الله عنه, ia berkata: “Nabi صلى الله عليه و سلم ditanya: "Amalan Apakah yang paling afdhal?" beliau bersabda: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya”, lalu amalan apa lagi?  “Berjihad fi sabilillah”, Jawab Rasulullah. Kemudian ada yang bertanya: “Kemudian amalan apa lagi?”, beliau bersabda:  “Haji mabrur”. Muttafaq ’alaih. 

4.    Hadist Nabi صلى الله عليه و سلم:

عَنْ عُثْمَانَ  قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: ((مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ)) أخرجه مسلم
 
Dari Utsman  رضي الله عنه, ia berkata: Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda: "Barangsiapa yang mati dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah niscaya dia masuk surga". ( H.R. Muslim ). 





Disalin dari :
Ringkasan Fiqih Islam
BAB II :1. Fadhail Amal
Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri

Minggu, 11 Januari 2015

Apa itu Syirik ?

SYIRIK

 

    Syirik: yaitu menjadikan sekutu bagi Allah سبحان الله و تعلى dalam rububiyah, uluhiyah, asma' dan sifat-Nya, atau pada salah satunya. Apabila seorang manusia meyakini bahwa bersama Allah سبحان الله و تعلى ada yang menciptakan, atau yang menolong, maka dia seorang musyrik. Barangsiapa yang meyakini bahwa sesuatu selain Allah سبحان الله و تعلى berhak disembah, maka dia seorang musyrik. Barangsiapa yang meyakini bahwa bagi Allah سبحان الله و تعلى ada yang serupa pada asma' dan sifat-Nya, maka dia seorang musyrik.



Bahaya Syirik


1. Syirik kepada Allah عزوجلّ adalah perbuatan yang teramat zalim, karena telah melewati batas hak Allah عزوجلّ yang khusus dengan-Nya, yaitu tauhid. Tauhid adalah keadilan paling adil dan syirik adalah kezaliman yang paling bengis dan kejahatan yang paling keji; karena ia mengurangi bagi Rabb semesta alam, menyombongkan diri dari taat kepada-Nya dan memalingkan kemurnian hak-Nya kepada selain-Nya dan memutarkan selainnya dengannya. Karena begitu besar bahayanya, maka sesungguhnya siapa yang berjumpa dengan Allah عزوجلّ dalam keadaan syirik kepada Allah عزوجلّ, sesungguhnya Allah سبحان الله و تعلى tidak mengampuninya, seperti dalam firman-Nya:

4:48
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An-Nisaa'48)

2. Syirik kepada Allah سبحان الله و تعلى merupakan dosa terbesar. Siapa menyembah selain Allah سبحان الله و تعلى berarti dia telah meletakkan ibadah di tempat yang salah, dan memalingkannya kepada yang tidak berhak. Hal itu kezaliman yang besar, seperti firman Allah سبحان الله و تعلى:

31:13
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman :13)

3. Syirik besar menggugurkan semua amal perbuatan dan memastikan kebinasaan dan kerugian, ia adalah dosa yang terbesar.
    a. Firman Allah سبحان الله و تعلى:
  
39:65
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)
    b. Dari Abu Bakrah  رضي الله عنه, ia berkata, "Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda, 'Maukah kalian aku beritahukan dosa yang terbesar? (Nabi mengucapkannya sampai tiga kali). Mereka menjawab, 'Tentu, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Menyekutukan Allah سبحان الله و تعلى, durhaka kepada kedua orang tua.' Dan beliau duduk dan tadinya beliau bersandar: 'Ketahuilah!, dan sumpah palsu.' Abu Bakrah  رضي الله عنه berkata, 'Beliau terus mengulanginya hingga kami berkata, 'Semoga beliau diam." Muttafaqun 'Alaih.


Keburukan-Keburukan Syirik:

 

    Allah سبحان الله و تعلى menyebutkan empat keburukan syirik dalam empat ayat, yaitu:
1. Firman Allah سبحان الله و تعلى:
 
4:48
Sesungguhnya Allah سبحان الله و تعلى tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah سبحان الله و تعلى, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa`:48)

2. Firman Allah عزوجلّ:

4:116
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa` 116)



3. Firman Allah عزوجلّ:


Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah:72)
4. Firman Allah عزوجلّ:
 


Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj:31)


Balasan Ahli Syirik

 

1. Firman Allah عزوجلّ :

98:6
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah :6)

2. Firman Allah عزوجلّ:
4:150

4:151

Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan:"Kami beriman kepada yang sebahagian dan kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS. An-Nisaa`:150-151)

3. Dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, ia berkata, "Nabi صلى الله عليه و سلم  bersabda, 'Barangsiapa yang meninggal dunia, sedangkan dia berdoa kepada sekutu dari selain Allah سبحان الله و تعلى, niscaya dia masuk neraka." Muttafaqun 'alaih.


Dasar Syirik

 

    Dasar syirik dan pondasinya dibangun atasnya adalah bergantung kepada selain Allah سبحان الله و تعلى. Barangsiapa yang bergantung kepada selain Allah سبحان الله و تعلى niscaya menyerahkannya kepada sesuatu yang dia bertawakkal kepadanya, menyiksanya dengannya, menghinakannya dari sisi yang dia bergantung dengannya. Jadilah ia tercela, tidak ada pujian baginya, terhina tidak ada penolong baginya, seperti firman Allah سبحان الله و تعلى:

17:22

Janganlah kamu adakan ilah-ilah yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS. Al-Isra` :22)

Sumber :

Ringkasan Fiqih Islam
Bab syirik
Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri

Biografi singkat Utsman bin Affan Radiyallahu 'anhu


 Khalifah ar-Rasyidin

'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu 'anhu (wafat 35 H)

 

Ia adalah cucu dari Abu al Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Nasab keturunannya bertemu dengan Rasulullah صلى الله عليه و سلم di Abdu Manaf, yang merupakan kakek ke lima.
Nama ibunya adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abdi Syams bin Abdu Manaf yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh. Sementara Ibunya adalah putri Ummul Hakim al Baidha’ binti Abdul Muthalib.



Nama lengkapnya adalah ‘Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy, pada masa Jahiliyah ia dipanggil dengan Abu ‘Amr dan pada masa Islam nama julukannya (kunyah) adalah Abu ‘Abdillah. Dan juga ia digelari dengan sebutan “Dzunnuraini”, dikarenakan beliau menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Utsman masuk islam pada awal datangnya islam di Mekah. Melakukan hijrah 2 kali (Habasayah dan Madinah).  Mengemban kekhilafahan selama 12 tahun kurang 10 hari. Ada riwayat menyebutkan kurang12 hari.

Keutamaannya



Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Aisyah, seraya berkata,” Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk menutupinya dan beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka), ketika Utsman meminta izin kepada beliau, maka beliau melepaskan pakaiannya (untuk menutupi paha terbuka). Ketika mereka telah pergi, maka aku (Aisyah) bertanya,”Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Utsman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakaianmu (dipakai untuk menutupinya). Maka Rasulullah menjawab,” Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak merasa malu dari seseorang yang malaikat saja merasa malu kepadanya”.



Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.

Dari Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).

Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.

Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.

Ibnu ‘Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab “Fadhail ash Shahabah” bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab,” Utsman itu seorang yang memiliki kedudukan yang terhormat yang dipanggil dengan Dzunnuraini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya.

Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya


Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).





Perjalanan hidupnya



Perjalanan hidupnya yang tidak pernah terlupakan dalam sejarah umat islam adalah beliau membukukan Al-Qura’an dalam satu versi bacaan dan membuat beberapa salinannya yang dikirim kebeberapa negeri negeri Islam. Serta memerintahkan umat Islam agar berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan salinan tersebut. Atas Izin allah Subhanahu wa ta’ala, melalui tindakan beliau ini umat Islam dapat memelihara ke autentikan Al-Qur’an samapai sekarang ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.


Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari yunus bahwa ketika al Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah hari di masjid ?. maka ia menjawab,”Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat di masjid, padahal beliau sebagai Khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali bekas kerikil pada bagian rusuknya, sehingga kami berkata,” Ini amirul mukminin, Ini amirul mukminin..”


Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam kitabnya “Hulyah al Auliyah” dari Ibnu Sirin bahwa ketika Utsman terbunuh, maka isteri beliau berkata,” Mereka telah tega membunuhnya, padahal mereka telah menghidupkan seluruh malam dengan Al-Quran”.


Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, seraya ia berkata dengan firman Allah”. “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs Az-Zumar:9) yang dimaksud adalah Utsman bin Affan.

Wafatnya


Ia wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).



Diringkas dari Biografi Utsman bin affan dalam kitab Al ‘ilmu wa al Ulama Karya Abu Bakar al Jazairy. Penerbit Daar al Kutub as Salafiyyah. Cairo. ditulis tanggal 5 Rab’ul Awal di Madinah al Nabawiyah.