Sabtu, 29 November 2014

Fadhail Nabi shalallahu'alaihi wa sallam

Berikut ini kami paparkan beberapa keutamaan yang berkaitan dengan Nabi kita Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam.
•    Fadhilah nasab Nabi shallallahu `alaihi wasallam

عن واثلة بن الأسقع رضي الله عنه قال : سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : إن الله اصطفى كنانة من ولد إسماعيل ، واصطفى قريشا من كنانة ، واصطفى من قريش بني هاشم ، واصطفاني من بني هاشم )) أخرجه مسلم

Dari Watsilah bin Al Asqa' radhiyallahu `anhu , ia berkata," aku mendengar Nabi shallallahu `alaihi wasallam berkata," sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Nabi Ismail, dan memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim. H.R. Muslim.

•    Nama- nama Nabi shallallahu `alaihi wasallam
 
عن جبير بن مطعم رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : (( إن لي أسماء، أنا محمد ، وأنا أحمد ، وأنا الماحي الذي يمحو الله بي الكفر ، وأنا الحاشر الذي يحشر الناس على قدمي ، وأنا العاقب الذي ليس بعده أحد)) وفي لفظ: (( ونبي التوبة ، ونبي الرحمة )) متفق عليه

 Dari Jubair bin Muth'im radhiyallahu `anhu bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda," sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama; Aku adalah Muhammad, Aku Ahmad, Aku Al mahi ( pengikis ) Allah mengikis kekufuran dengan mengutusku, Aku Al hasyir ( penghimpun ) nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di bawah perintahku, Aku Al 'aqib ( penutup ) tidak ada Nabi sesudahku" dalam riwayat yang lain: "Aku Nabi taubat, Aku Nabi pembawa rahmat". Muttafaq alaih.

•    Fadhilah Nabi shallallahu `alaihi wasallam dari Nabi-Nabi yang Lain.

1.    hadist Nabi صلى الله عليه و سلم :

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (( فضلت على الأنبياء بست : أعطيت جوامع الكلم ، ونصرت بالرعب ، وأحلت لي الغنائم ، وجعلت لي الأرض طهورا ومسجدا، وأرسلت إلى الخلق كافة ، وختم بي النبيون )) أخرجه مسلم .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwa rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda," Aku diberi kelebihan dari Nabi yang lain dengan enam hal: Aku diberi jawami'ul kalim ( kata-kata yang padat makna ) , Aku diberi kemenangan dengan rasa takut para musuh, harta rampasan perang dihalalkan untukku, permukaan bumi bisa digunakan sebagai alat bersuci dan tempat shalat, Aku diutus kepada seluruh umat manusia dan Aku penutup para nabi". H.R. Muslim .
2.    hadist Nabi صلى الله عليه و سلم :

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (( مثلي ومثل الأنبياء من قبلي كمثل رجل بنى بنيانا فأحسنه وأجمله إلا موضع لبنة من زاوية من زواياه ، فجعل الناس يطوفون به، ويعجبون له، ويقولون : هلا وضعت هذه اللبنة، قال : فأنا اللبنة وأنا خاتم النبيين )) متفق عليه.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda," perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sebelumku bagai seseorang yang membangun bangunan, dimana dia mebangunnya dengan indah dan bagus, tinggal lagi satu batu yang belum terpasang di salah satu sudutnya, orang-orang mengitari bangunan tersebut menikmati keindahannya, mereka berkata," Duhai andai saja satu batu ini dipasang ! akulah batu tersebut dan aku penutup para Nabi". Muttafaq alaih

•    Fadhilah Nabi shallallahu `alaihi wasallam dari Segala Makhluk.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( أنا سيد ولد آدم يوم القيامة ، وأول من ينشق عنه القبر ، وأول شافع ، وأول مشفع )) أخرجه مسلم.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda," Aku adalah pimpinan anak-cucu Adam di hari kiamat nanti, Aku orang yang pertama dibangkitkan dari kubur, Aku orang yang pertama memberi syafa'at dan Aku orang yang pertama diberi syafa'at". H.R. Muslim .

 •    Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam

1.    Allah taala berfirman:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al Isra': 1) .
2.    hadist Nabi صلى الله عليه و سلم :

 Dari Anas bin Malik radhiyallahu `anhu, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda ," Buraq ( yaitu : binatang berwarna putih tinggi, lebih besar daripada keledai lebih kecil daripada unta, satu langkahnya sama dengan sejauh jarak mata memandang ) dibawa kepada ku, lalu aku menungganginya hingga tiba di Baitulmaqdis, lalu aku tambatkan ia di tempat para nabi menambatkannya.
Nabi bersabda," lalu aku memasuki Baitul maqdis, melaksanakan shalat dua raka'at dan kemudian keluar."
Maka Jibril mendatangiku dengan membawa bejana yang berisi khamar dan bejana yang berisi susu, maka aku pilih susu. Seraya Jibril berkata," Sungguh pilihanmu sesuai dengan fitrah ( kesucian ).
Lalu kami naik ke langit dan Jibril meminta agar pintu langit dibuka, penjaganya berkata," Siapakah anda ? ia berkata," Aku Jibril", penjaga berkata," siapkah orang yang bersamamu ? Jibril berkata," Muhammad". Penjaga berkata," Apakah dia telah diutus ? Jibril berkata," sungguh telah diutus kepadanya. Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama Adam, diapun menyambutku dan mendoakanku.
Lalu kami naik ke langit kedua dan Jibril meminta agar pintu dibuka, penjaganya berkata," Siapakah anda ? ia berkata," Aku Jibril", penjaga berkata," siapkah orang yang bersamamu ? Jibril berkata," Muhammad". Penjaga berkata," Apakah dia telah diutus ? Jibril berkata," sungguh telah diutus kepadanya. Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama dua orang bersaudara sepupu; Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria shalawatullah 'alaihima, keduanya menyambutku dan mendoakan kebajikan untuk ku.
Lalu kami naik ke langit ketiga dan Jibril meminta agar pintu dibuka, penjaganya berkata," Siapakah anda ? ia berkata," Aku Jibril", penjaga berkata," siapkah orang yang bersamamu ? Jibril berkata," Muhammad". Penjaga berkata," Apakah dia telah diutus ? Jibril berkata," sungguh telah diutus kepadanya. Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama Yusuf shallallahu `alaihi wasallam dan ternyata dia memang telah diberi setengah dari seluruh ketampanan. Dia menyambutku dan mendoakan kebajikan untuk ku.
Lalu kami naik ke langit keempat dan Jibril meminta agar pintu dibuka, penjaganya berkata," Siapakah anda ? ia berkata," Aku Jibril", penjaga berkata," siapkah orang yang bersamamu ? Jibril berkata," Muhammad". Penjaga berkata," Apakah dia telah diutus ? Jibril berkata," sungguh telah diutus kepadanya. Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama Idris. Dia menyambutku dan mendoakan kebajikan untukku. Allah taala berfirman:
Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Q.S. Maryam : 57 )
Lalu kami naik ke langit kelima dan Jibril meminta agar pintu dibuka, penjaganya berkata," Siapakah anda ? ia berkata," Aku Jibril", penjaga berkata," siapkah orang yang bersamamu ? Jibril berkata," Muhammad". Penjaga berkata," Apakah dia telah diutus ? Jibril berkata," sungguh telah diutus kepadanya. Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama Harun shallallahu `alaihi wasallam . Dia menyambutku dan mendoakan kebajikan untuk ku.
Lalu kami naik ke langit keenam dan Jibril meminta agar pintu dibuka, penjaganya berkata," Siapakah anda ? ia berkata," Aku Jibril", penjaga berkata," siapkah orang yang bersamamu ? Jibril berkata," Muhammad". Penjaga berkata," Apakah dia telah diutus ? Jibril berkata," sungguh telah diutus kepadanya. Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama Musa shallallahu `alaihi wasallam . Dia menyambutku dan mendoakan kebajikan untuk ku.
Lalu kami naik ke langit ketujuh dan Jibril meminta agar pintu dibuka, penjaganya berkata," Siapakah anda ? ia berkata," Aku Jibril", penjaga berkata," siapkah orang yang bersamamu ? Jibril berkata," Muhammad". Penjaga berkata," Apakah dia telah diutus ? Jibril berkata," sungguh telah diutus kepadanya. Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama Ibrahim shallallahu `alaihi wasallam . Yang sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'mur . Setiap hari tujuh puluh ribu para malaikat masuk ke Baitul Ma'mur tersebut yang pernah masuk tidak akan masuk untuk kedua kalinya.
Kemudian Jibril membawaku ke Sidratul Muntaha (sebuah pohon) yang daunnya seperti telinga gajah dan buahnya seperti gerabah. Lalu pohon tersebut tertutup atas perintah Allah kemudian berubah sekonyong-koyong. Sehingga tidak seorang makhlukpun yang mampu menggambarkannya karena begitu indahnya.
Maka Allah mewahyukan kepada ku dan mewajibkan atasku shalat lima puluh kali sehari semalam.
Maka aku turun dan bertemu Musa shallallahu `alaihi wasallam , dia berkata ," Apa yang diwajibkan Allah terhadap umatmu ? aku berkata," lima puluh shalat". Ia berkata ," kembalilah ! dan minta keringanan , karena sesungguhnya umatmu tidak mampu melakukannya, karena aku telah mencobanya pada Bani Israil.
Nabi bersabda ," maka aku kembali kepada Rabbku , seraya berkata ," Ya, Rabbi! Berilah keringanan kepada umatku. Lalu jumlah shalat dikurangi lima.
Dan aku kembali menemui Musa seraya berkata," dikurangi lima". Musa berkata," sesungguhnya umat tidak mampu melakukannya, kembalilah dan minta keringanan.
Nabi bersabda ,"maka terus begitu aku bolak-balik antara Rabbku tabaraka wa ta'la dan Musa shallallahu `alaihi wasallam , hingga Allah berfirman: wahai Muhammad! Sesungguhnya dia berjumlah lima shalat sehari semalam, setiap satu shalat pahalanya sama dengan sepuluh shalat, maka jumlahnya lima puluh shalat. Maka barangsiapa yang berniat melakukan satu kebajikan dan tidak jadi dilakukannya ditulis untuknya satu kebajikan dan jika dilakukannya ditulis untuknya sepuluh kebajikan. Dan barangsiapa yang berniat melakukan satu dosa dan tidak jadi dilakukannya tidak dituliskan, dan jika dilakukannya ditulis satu dosa untuknya".  
Nabi bersabda," maka aku turun hingga sampai menemui Musa shallallahu `alaihi wasallam , maka aku beritahu dia. Dia berkata," kembalilah dan minta keringanan kepada Rabbmu ! maka Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda ," aku telah berkali-kali memintanya hingga aku jadi malu". Muttafaq alaih .

Fadhilah Bershalawat kepada Nabi shallallahu `alaihi wasallam .

1.    Allah taala berfirman:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (Q.S. Al Ahzab : 56 )
2.    hadist Nabi :

عن أبي هريرة رضي الله عنه  أن رَسُول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال: ( من صلى علي واحدة صلى اللَّه عليه عشراً ) رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam  bersabda : “ siapa yang bershalawat kepadaku sekali, sesungguhnya Allah mengampuninya sepuluh kali”. HR. Muslim. 
3.    hadist Nabi صلى الله عليه و سلم :

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( إن لله ملائكة سياحين في الأرض يبلغوني من أمتي السلام )) أخرجه أحمد والنسائي.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu `anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda ," sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang ditugaskan mengitari bumi , mereka menyampaikan kepada ku salawat dan salam dari umatku". H.R. Ahmad dan Nasa'i.

Lafadz Salawat yang Paling Sempurna:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

(Ya Allah, rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau merahmati Ibrahim! dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, seperti Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim!, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung)”. Muttafaq ’alaih.

Sumber : Keutamaan Nabi صلى الله عليه و سلم 
Disusun Oleh:
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry
Penerjemah :
Team Indonesia
Murajaah :
Abu Ziyad
Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

Jumat, 28 November 2014

Hukum mengakhirkan shalat subuh sampai waktu isfar

Soal:

Sebagian orang ada yang terlambat shalat Fajar (Shubuh) hingga waktu Isfar (mendekati terbitnya matahari) dengan alasan bahwa hal tersebut berdasarkan hadits:

أَسْفِرُوا بِالْفَجْرِ فَإِنَّهُ أَعْظَمُ لِلأَجْرِ  

“Lakukanlah (shalat) Fajar pada saat mendekati terbitnya matahari, karena sesungguhnya hal tersebut sangat besar pahalanya "Apakah hadits tersebut shahih? dan bagaimana menggabungkannya  dengan hadits: “(Amal yang paling utama  adalah  shalat pada waktunya) “?

Jawab:

Hadits yang disebutkan adalah hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ahlussunan dengan sanad yang shahih dari Rafi’ bin Khudaij radiyallahu'anhu, dan hal tersebut tidak bertentangan dengan hadits shahih yang menunjukkan bahwa Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam shalat Shubuh pada saat hari masih gelap, begitu juga tidak bertentangan dengan hadits “(amal yang paling utama adalah) shalat pada waktunya” , akan tetapi makna yang dimaksud menurut jumhur ulama adalah, menunda shalat fajar sampai jelas datangnya waktu fajar, kemudian dilaksanakan sebelum hilangnya kegelapan sebagaimana dahulu Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam melakukannya, cuma saja saat di Muzdalifah (saat melaksanakan ibadah haji) diutamakan untuk melakukannya lebih cepat, yaitu saat terbitnya fajar, sebagaimana perbuatan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam  pada saat haji Wada’.
Dengan demikian hadits-hadits yang shahih tersebut dapat digabungkan tentang saat pelaksanakan shalat Fajar, akan tetapi semua itu hanyalah masalah keutamaan (afdhaliah).
Dan boleh mengakhirkan shalat shubuh sampai sesaat sebelum terbitnya matahari, sebagaimana hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam :

(( وَقْتُ الْفَجْرِ مِنْ طُلُوْعِ الْفَجْرِ مَالَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ ))

“Waktu (shalat) Fajar adalah sejak terbitnya fajar selama belum terbitnya matahari" (Riwayat Muslim dalam shahihnya dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash).

 Sumber :  FATWA-FATWA PENTING TENTANG SHALAT, SYAIKH ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ. Penerjemah: ABDULLAH HAIDIR Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

Kamis, 27 November 2014

54 soal-jawab aqidah soal 6-10




6.    Apa yang dimaksud dengan Tauhid Uluhiyyah ?

Mengesakan Allah عزّوجلّ dalam hal semua ibadah, seperti doa, nadzar, hukum, dan ibadah lainnya.
Sebagaimana Firman-Nya عزّوجلّ :

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله
Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan yang hak melainkan Allah. (Muhammad: 19)

Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:


فَلْيَكُنْ أَوَّلَ تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله  "  أي إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا الله 

Maka hendaklah hal yang paling pertama engkau menyeru mereka kepadanya adalah (mengucapkan) syahadat bahwa tidak ada ilah yang hak melainkan Allah. (yaitu mereka mengesakan Allah) (Muttafaq ‘Alaih)

7.    Apa makna Laa Ilaha Illallah? 
  
Tidak ada yang berhak diibadati kecuali Allah عزّوجلّ.
Sebagaimana Firman-Nya عزّوجلّ:

ذَلِكَ بِأَنَّ الله َهُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْ عُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ الْبَاطِلُ

Demikianlah karena sesungguhnya Allah dialah Yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil. (Luqman: 30)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:

مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُوَ كَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ الله ِحَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ  

Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan kafir terhadap apa yang disembah selain Allah maka harta dan darahnya adalah haram. (HR Muslim)

8.    Apa yang dimaksud dengan Tauhid yang berkenaan dengan  Sifat-sifat Allah عزّوجلّ ?

Menetapkan semua sifat yang telah ditetapkan oleh Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya صلي الله عليه وسلم bagi Dzat-Nya.
Sebagaimana firman-Nya عزّوجلّ :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ
Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( Asy Syura : 11)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم :

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا  - نُزُوْلاً يَلِيْقُ بِجَلاَلِهِ  

Rabb kita tabaaraka wa ta’alaa turun kelangit terdekat setiap malam - turun yang sesuai dengan kebesaran-Nya-. (Muttafaq ‘Alaih)

9.    Apa faidah Tauhid bagi seorang muslim ?

Agar mendapatkan petunjuk (hidayah)  di dunia ini dan mendapatkan keamanan dari adzab di akhirat kelak.
Sebagaimana firman-Nya عزّوجلّ :

اَلَّذِيْنَ آمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْا إِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kedzaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (Al An’am : 82)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:

حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى الله ِأَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا   

Hak hamba atas Allah adalah Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan-Nya. (Muttafaq ‘Alaih)

10.    Ada di manakah Allah عزّوجلّ ?

Allah عزّوجلّ di atas langit di atas ‘Arasy.

Sebagaimana Firman-Nya عزّوجلّ :
الرَّحْمَنُ عَلىَ الْعَرْشِ اسْتَوَى

Yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arasy.(Thaha : 5)

Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ كِتَابًا فَهُوَ مَكْتُوْبٌ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ 

Sesungguhnya Allah telah menulis tulisan, dan ia itu termaktub di sisi-Nya di atas ‘Arasy.(HR Al Bukhari)

Sumber : 54 soal-jawab aqidah Syaikh Jamil Zainu

Rabu, 26 November 2014

Ambillah Pelajaran dari perjalanan hidup ini ...

Ustadz  Musyaffa Ad Dariny, MA

Saat umurku 4 th: “Ayahku adalah orang yang paling hebat”.
Saat umurku 6 th: “Ayahku tahu semua orang”.
Saat umurku 10 th: “Ayahku istimewa, tapi cepet marah”.
Saat umurku 12 th: “Ayahku dulu penyayang, ketika aku masih kecil”.
Saat umurku 14 th: “Ayahku mulai lebih sensitif”.
Saat umurku 16 th: “Ayahku tidak mungkin mengikuti zaman ini”.
Saat umurku 18 th: “Ayahku seiring berjalannya waktu akan menjadi lebih susah”.
Saat umurku 20 th: “Sulit sekali aku memaafkan ayahku, aku heran bagaimana ibuku bisa tahan hidup dengannya”.
Saat umurku 25 th: “Ayahku menentang semua yang ingin ku lakukan”.
Saat umurku 30 th: “Susah sekali aku setuju dengan ayah, mungkin saja kakekku dulu capek ketika ayahku muda”.
Saat umurku 40 th: “Ayahku telah mendidikku dalam kehidupan ini dengan banyak aturan, dan aku harus melakukan hal yang sama”.
Saat umurku 45 th: “Aku bingung, bagaimana ayahku dulu mampu mendidik kami semua?”.
Saat umurku 50 th: “Memang susah mengatur anak-anak, bagaimana capeknya ayahku dulu dalam mendidik kita dan menjaga kita?”.
Saat umurku 55 th: “Ayahku dulu punya pandangan yang jauh, dan telah merencanakan banyak hal untuk kita, ayah memang orang yang istimewa dan penyayang”.
Saat umurku 60 th: “Ayahku adalah orang yang paling hebat”.
Lingkaran perjalanan ini menghabiskan waktu 56 tahun untuk kembali ke titik semula di umur 4 th, saat ku katakan “Ayahku adalah orang yang paling hebat”.
Maka hendaklah kita berbakti kepada orang tua kita sebelum kesempatan itu hilang, dan hendaklah kita berdoa kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita lebih baik dalam bermuamalah dengan kita melebihi mu’amalah kita dengan orang tua kita.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kalian berbuat baik pada ibu bapak dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya telah sampai usia lanjut di sisimu, maka janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”. [Al-Isro': 23-24].
Ini adalah risalah dari seseorang yang telah menjalani semua perjalanan hidup di atas, maka aku senang meringkasnya untuk diambil ibrah dan pelajaran.
Ya Allah ampunilah kami dan orang tua kami serta siapapun yang berjasa kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami semua Surga Firdaus-Mu... Aamiin
sumber : BBG Al Ilmu

Hukum asuransi jiwa dan barang

بسم الله الرحمن الرحيم 
Hukum Asuransi Jiwa
Syaikh Muhammad al-Utsaimin  rahimahullah

    Pertanyaan (1):
 Apakah hukum asuransi jiwa dan harta (barang milik seperti mobil)?
    Jawaban (1):
 Asuransi jiwa (terhadap kehidupan) hukumnya tidak boleh, karena orang yang mengasuransikan hidupnya, apabila didatangi oleh malakul maut, maka ia tidak bisa memindahkannya kepada perusahaan asuransi, maka ini merupakan kesalahan, kebodohan dan kesesatan. Dan dengan asuransi tersebut merupakan berpegang kepada perusahaan bukan kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka ia berpikir bahwa apabila ia meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan memberikan jaminan makan dan nafkah untuk ahli warisnya, dan ini merupakan berpegang kepada selain Allah subhanahu wata’ala.
    Asal masalah ini diambil dari maisir (judi), bahkan asuransi pada kenyataannya merupakan judi dan Allah subhanahu wata’ala menyertakan di dalam Kitab-Nya sejajar dengan syirik, mengundi nasib dengan dadu serta minuman keras.
Dan di dalam asuransi, apabila seseorang melakukan pembayaran rutin, mungkin ia membayar dalam waktu yang lama dan ia menjadi rugi. Dan apabila ia meninggal dunia dalam waktu dekat maka perusahaan asuransi yang rugi. Dan setiap aqad (kontrak, transaksi) di antara untung dan rugi maka ia termasuk judi.
Syaikh Muhammad bin Utsaimin – Majmu' Durusul Haramil Makki (3/192).

Hukum Asuransi Kepemilikan
Syaikh Muhammad al-Utsaimin  rahimahullah

    Pertanyaan (2):
 Saya mendengar dari sebagian orang bahwa seseorang bisa mengasuransikan apa yang dia miliki. Dan dalam kondisi terjadi musibah terhadap barang-barang yang diasuransikan tersebut, perusahaan asuransi mengganti kerugian yang diderita pemilik polis. Saya mengharapkan Syaikh bisa menjelaskan hukum asuransi ini. Apakah di dalam asuransi ada yang boleh dan selain yang demikian itu?
    Jawaban (2):
 Ta`min (asuransi) maksudnya adalah: bahwa seseorang membayar jumlah tertentu setiap bulan atau setiap tahun kepada perusahaan (asuransi) untuk memberikan jaminan atas peristiwa (kecelakaan, musibah) yang terjadi terhadap sesuatu yang diasuransikan. Dan sudah diketahui bahwa peserta asuransi selalu merugi. Adapun perusahaan maka terkadang rugi dan terkadang untung. Maksudnya, apabila musibah itu besar melebihi yang dibayar oleh peserta asuransi, perusahaan asuransi tersebut menjadi rugi. Dan apabila kecil, kurang dari yang dibayar oleh peserta asuransi, atau tidak ada kecelakaan sama sekali, perusahaan menjadi beruntung dan peserta asuransi yang rugi. Jenis aqad yang saya maksud adalah aqad yang berkisar di antara untung dan rugi, termasuk judi yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam Kitab -Nya dan Allah subhanahu wata’ala mensejajarkankan nya dengan arak (minuman keras) dan menyembah berhala. Atas dasar inilah: jenis asuransi ini adalah haram. Dan saya tidak mengetahui sedikitpun dari asuransi yang didasarkan atas penipuan adalah boleh, bahkan semuanya haram, berdasarkan hadits Abu Hurairah Radiyallahu'anhu: bahwa Nabi: “Melarang jual beli yang didalamnya mengandung penipuan”. 
Syaikh Muhammad bin al-Utsaimin – Fatwa yang beliau tanda tangani.

 Hukum Asuransi Mobil
Syaikh Abdullah bin Jibrin - rahimahullah

    Pertanyaan (3):
 Apakah hukumnya asuransi perdagangan (bisnis), terutama asuransi terhadap mobil?
    Jawaban (3):
 Hukum asuransi perdagangan adalah tidak boleh secara syara', dalilnya adalah firman Allah subhanahu wata’ala:
"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil" (QS. al-Baqarah:188)
Di mana perusahaan tersebut memakan harta orang-orang beriman dengan cara yang tidak benar. Sungguh salah seorang dari mereka membayar sejumlah uang setiap bulan dan jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu dan tidak membutuhkan perbaikan sepanjang tahun dan hartanya tidak dikembalikan kepadanya.
    Sebaliknya, sebagian mereka membayar sedikit uang, lalu terjadilah kecelakaan yang membebani perusahaan asuransi berlipat ganda dari yang telah dibayarnya, maka ia memakan harta perusahaan dengan cara yang tidak benar.
    Juga, kebanyakan orang-orang yang membayar asuransi kepada perusahaan bertindak sembrono (tidak berhati-hati), melakukan tindakan berbahaya dan rawan terhadap kecelakaan serta menyetir dengan kecepatan tinggi seraya berkata: sesungguhnya perusahaan cukup kuat dan ia bisa membayar kerugian akibat kecelakaan. Dan dalam hal itu membahayakan warga lain dengan banyaknya terjadi kecelakaan dan kematian. Wallahu A'lam.
Syaikh Abdullah bin Jibrin – al-Lu`luul Maknun hal. 190-191.


sumber : حكم التأمين على الحياة والممتلكات والسيارة / Hukum Asuransi Jiwa Dan Harta
الشيخ محمد بن صالح العثيمين والشيخ عبد الله بن جبرين /Syaikh Muhammad al-Utsaimin  rahimahullah
Syaikh Abdullah bin Jibrin  rahimahullah
Terjemah : Muhammad Iqbal A.Gazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Selasa, 25 November 2014

Pria mendapatkan bidadari di surga, wanita mendapat apa ?

Pertanyaan:
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: "Pria mendapatkan istri-istri bidadari di Surga, lalu wanita mendapatkan apa?

Jawaban:
Para wanita akan mendapatkan pria ahli Surga, dan pria ahli Surga lebih afdhal dari pada bidadari. Pria yang paling baik ada di antara pria ahli Surga. Dengan demikian, bagian wanita di Surga bisa jadi lebih besar dan lebih banyak daripada bagian pria, dalam masalah pernikahan. Karena wanita di dunia juga (bersuami) mereka mempunyai beberapa suami di Surga. Bila wanita mempunyai 2 suami, ia diberi pilihan untuk memilih di antara keduanya, dan ia akan memilih yang paling baik dari keduanya

(Fatawa wa Durusul Haramil Makki, Syaikh Ibn Utsaimin 1/132, yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia "Fatwa-fatwa tentang wanita 3" cetakan Darul Haq)

Pertanyaan:
Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya: "Ketika saya membaca Al-Qur'an, saya mendapati banyak ayat-ayat yang memberi kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dari kaum laki-laki, dengan balasan bidadari yang cantik sekali. Adakah wanita mendapatkan ganti dari suaminya di akhirat, karena penjelasan tentang kenikmatan Surga senantiasa ditujukan kepada lelaki mukmin. Apakah wanita yang beriman kenimatannya lebih sedikit daripada lelaki mukmin?

Jawaban:
Tidak bisa disangsikan bahwa kenikmatan Surga sifatnya umum untuk laki-laki dan perempuan. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan" (Ali-Imran: 195).

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik" (An-Nahl: 97).

"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun" (An-Nisa': 124).

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar"(Al-Ahzab: 35).

Allah telah menyebutkan bahwa mereka akan masuk Surga dalam firman-Nya: "Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan" (Yasin: 56).

"Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan"(Az-Zukhruf: 70).

Allah menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang. "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan" (Al-Waqi'ah: 35-36).

Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita tua dan menjadikan mereka perawan kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam suatu hadits bahwa wanita dunia mempunyai kelebihan atas bidadari karena ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk Surga sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan ia masuk Surga bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di antara mereka, maka ia memilih yang paling bagus diantara mereka.

Rujukan:
Fatawal Mar'ah 1/13 yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia "Fatwa-fatwa tentang wanita 3" cetakan Darul Haq

Menghormati kertas bertuliskan Nama Allah

Syaikh Ibnu Baz rahimahumullah

Pertanyaan:
Kami dapati sebagian ayat-ayat al-Quranul Karim pada sejumlah koran atau lembar catatan. Di antaranya kami dapati lafazh bismillahirrahmanirrahim di awal sebagian kertas atau makalah. Apa yang harus kami lakukan terhadap ayat-ayat tersebut setelah selesai membaca koran atau catatan atau makalah tersebut? Apakah kami harus merobeknya, membakarnya, atau bagaimana?

Jawaban:

Yang harus dilakukan setelah selesai membaca koran atau lembar catatan adalah menyimpannya atau membakarnya atau menguburnya di tanah yang baik sebagai sikap memelihara ayat-ayat al-Qur'an dan asma' Allah سبحانه و تعالى agar tidak dihinakan. Tidak boleh membuangnya ke tempat sampah atau melemparkannya ke pasar, tidak boleh dijadikan pembungkus atau alas untuk makan dan sebagainya. Karena memperlakukan begitu berarti menghinakannya dan tidak memeliharanya. Hanya Allahlah yang mampu memberi petunjuk.


Rujukan:
Majalah ad-Da'wah, nomor 1063, Syaikh Ibnu Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Senin, 24 November 2014

Hukum Shalat Fardhu bermakmum kepada orang yang shalat sunah

Pertanyaan:
Apa hukum orang yang melaksanakan shalat fardhu dengan bermakmum kepada orang yang mengerjakan shalat sunat?

Jawaban:

Hukumnya sah, karena telah diriwayatkan dari Nabi صلی الله عليه وسلم, bahwa dalam suatu perjalanan beliau shalat dengan sekelompok para sahabatnya, yaitu shalat khauf dua rakaat, kemudian beliau shalat lagi dua rakaat dengan sekelompok lainnya, shalat beliau yang kedua adalah shalat sunat. Disebutkan juga dalam ash-Shahihain, dari Muadz, bahwa suatu ketika ia telah mengerjakan shalat Isya bersama Nabi صلی الله عليه وسلم, kemudian ia pergi lalu mengimami shalat fardhu kaumnya, shalat mereka adalah shalat fardhu, sedangkan shalat Muadz saat itu adalah shalat sunat. Wallahu walyut taufiq.

Rujukan:
Majalah ad-Da'wah, edisi 1033, Syaikh Ibnu Baz.


Pertanyaan:
Apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang mendapati orang lain sedang shalat sirriyah, ia tidak tahu apakah orang tersebut sedang shalat fardhu atau shalat sunat? Dan apa yang harus dilakukan oleh seorang imam yang ketika orang ini masuk masjid ia mendapatinya sedang shalat, apakah ia perlu memberi isyarat agar orang tersebut ikut dalam shalatnya jika itu shalat fardhu, atau menjauhkannya jika ia sedang shalat sunat?


Jawaban:
Yang benar adalah, tidak masalah adanya perbedaan niat antara imam dengan makmum, seseorang boleh melaksanakan shalat fardhu dengan bermakmum kepada orang yang sedang shalat sunat, sebagaimana yang dilakukan oleh Muadz bin Jabal pada masa Nabi صلی الله عليه وسلم, yaitu setelah ia melaksanakan shalat Isya bersama Nabi صلی الله عليه وسلم, ia pulang kepada kaumnya lalu shalat mengimami mereka shalat itu juga. Bagi Muadz itu adalah shalat sunat, sedangkan bagi kaumnya itu adalah shalat fardhu.

Jika seseorang masuk masjid, sementara anda sedang shalat fardhu atau shalat sunat, lalu ia berdiri bersama anda sehingga menjadi berjamaah, maka itu tidak mengapa, anda tidak perlu memberinya isyarat agar tidak masuk, tapi ia dibiarkan masuk shalat berjamaah bersama anda, dan setelah anda selesai ia berdiri menyempurnakannnya, baik itu shalat fardhu ataupun shalat sunat.

Rujukan:
Mukhtar Min Fatawa ash-Shalah, hal. 66-67, Syaikh Ibnu Utsaimin.


Pertanyaan:
Apa hukum shalat sunat bermakmum kepada yang shalat fardhu?


Jawaban:
Boleh, jika imam tersebut orang yang paling mengerti tentang kitabullah dan paling mengerti tentang hukum-hukum shalat. Demikian juga jika orang tersebut adalah imam rawatib di masjid tersebut, tapi ia telah mengerjakan shalat tersebut dengan berjamaah, lalu ketika datang ke masjidnya, ternyata mereka belum shalat, maka ia boleh shalat bersama mereka.

Dalilnya adalah kisah Muadz bin Jabal, yang mana ia mengimami kaumnya dari golongan Anshar karena ia merupakan orang yang paling mengerti tentang kitabullah dan paling mengerti tentang hukum-hukum, saat itu, ia datang kepada Nabi صلی الله عليه وسلم pada waktu Isya lalu shalat bersama beliau, kemudian kembali kepada kaumnya dan mengimami mereka shalat Isya. (Al-Bukhari, kitab al-Adzan (700, 701), Muslim, kitab ash-Shalah (465)).

Saat itu ia shalat sunat dan mereka shalat fardhu. Sebagian ulama memakruhkan hal ini karena perbedaan niat antara imam dengan makmum, tapi yang benar hal ini dibolehkan karena adanya dalil yang jelas. Wallahu a'lam.

Rujukan:
Al-Lu'lu' al-Makin, Ibnu Jibrin, hal. 112-113.

Rujukan:
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, penerbit Darul Haq.



Sumber: http://fatwa-ulama.com

54 Soal-jawab aqidah soal 1 - 5


             

  1. Kenapa Allah عزّوجلّ menciptakan kita ?

Allah menciptakan kita untuk menyembahnya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Sebagaimana Firman-Nya سبحانه و تعالي:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ اْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ      
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. (Adz Dzariyat : 56)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:          
حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلاَ يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا   
Hak Allah atas hambanya, agar supaya menyembahnya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. (Muttafaqun ‘Alaih)

  2.  Bagaimana caranya kita beribadah kepada Allah سبحانه و تعال

Kita beribadah kepada Allah عزّوجلّ sebagaimana yang diperintahkan  Allah عزّوجلّ dan Rasul-Nya صلي الله عليه وسلم dengan disertai niat yang ikhlash karena Allah عزّوجلّ.
Sebagaimana Firman-Nya عزّوجلّ :                            
وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.  ( Al Bayyinah : 5)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم :
 (مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ( أي مردود 
Barang siapa berbuat suatu amalan yang bukan atas perintah kami maka amalannya ditolak (HR Muslim)

  3. Apakah kita menyembah Allah عزّوجلّ dengan khouf (takut ) dan thama’ (pengharapan)?


Ya, Kita menyembah Allah عزّوجلّ dengan penuh rasa takut dan thama’(pengharapan).
Sebagaimana Firman-Nya عزّوجلّ :
وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا
Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan ) ( Al ‘Araf : 56)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم :
أَسْأَلُ الله َالْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِهِ مِنَ النَّارِ
Saya meminta kepada Allah (agar dimasukkan) surga dan  saya berlindung kepada Allah dari neraka. (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud)

  4. Apa yang dimaksud dengan ihsan di dalam ibadah? 

Merasa selalu diawasi Allah عزّوجلّ saja yang selalu melihat kita.
Sebagaimana Firman-Nya عزّوجلّ:
إِنَّ الله َكاَن َعَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu ( An Nisa : 1)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم :
اَلإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ الله َكَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ 
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan bila engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat engkau. (HR. Muslim)

  5.  Kenapa Allah عزّوجلّ mengutus para Rasul ?

Supaya mengajak umat untuk beribadah kepada Allah عزّوجلّ saja dan tidak menjadikan sekutu baginya.
Sebagaimana Firman-Nya عزّوجلّ:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ أُمَّةِ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوا الله َوَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ  
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat untuk menyerukan :,” Sembahlah Allah saja dan jauhi Thaghut itu,” (An Nahl : 36)
Dan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم :
وَ الأَنْبِيَاءُ  إِخْوَةٌ وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ - أي كُلُّ الرُّسُلِ دَعَوْا إِلىَ التَّوْحِيْدِ
Dan para Nabi itu adalah bersaudara, dan agama mereka itu adalah satu (Yaitu setiap Rasul menyeru kepada tauhid)  (Muttafaq ‘Alaih)

Sumber : 54 soal-jawab aqidah, Syaikh Jamil Zainu

Minggu, 23 November 2014

keutamaan membaca "subhananallahu wa bihamdih" 100 X sehari


Tanya:
Assalamu’alaikum. Ustadz, Apakah benar barangsiapa membaca Subhaanallaahi wabihamdihi 100 kali setiap hari,maka dosanya di ampuni walaupun sebanyak buih di laut?

Jawab:
Ustadz M. Wasitho, حفظه الله تعالى

Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh.
Bismillah. Iya, benar. Keutamaan membaca tasbih 100 kali setiap hari sebagaimana disebutkan dlm pertanyaan diatas. Hal ini berdasarkan hadits-hadits shohih berikut ini:
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ


Artinya: “Barangsiapa yang mengucapkan: SUBHANALLAHI WABIHAMDIH (Maha suci Allah dan dengan segala pujian hanya untuk-Nya) sehari 100 (seratus) kali, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni (Allah) walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Imam Al-Bukhari no. 5926 dan Muslim no. 2691).
2. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ
Artinya: “Barang siapa yang ketika pagi dan sore membaca: SUBHANALLAHI WABIHAMDIH
(Maha suci Allah dan dengan segala pujian hanya untuk-Nya)
sebanyak 100 (seratus) kali, maka pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang akan mendatangkan amalan yang lebih utama daripada apa yang dia
datangkan. Kecuali orang yang juga mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dari itu.”
(HR. Muslim no. 2692).

(*) CATATAN:
** Yang patut kita ketahui, bahwa keutamaan membaca tasbih tersebut hanya diperoleh bagi setiap muslim dan muslimah yang meninggal dunia dalam
keadaan mentauhidkan Allah. Yakni hanya beribadah kepada Allah dan tidak pernah berbuat syirik dan kufur kepada-Nya sedikit pun semasa hidupnya di dunia.

Dan kalaupun ia pernah berbuat syirik dan kufur kepada Allah, hanya saja ia telah bertaubat darinya dengan taubat nasuha sebelum ia meninggal dunia.
** Para ulama Ahlus Sunnah juga menjelaskan bahwa yang dihapus n diampuni oleh Allah dengan sebab bacaan tasbih maupun amal sholih lainnya hanyalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar, maka tidaklah dihapus n diampuni oleh Allah dengan kecuali dengan taubat nasuha.
Wallahu a’lam bish-showab. wabillahi at-taufiq.

sumber : tanya-jawab BBG AL Ilmu

Hukum shalat tidak menghadap kiblat dan hukum melafazkan niat di dalam shalat



Pertanyaan :
Apakah hukumnya jika diketahui kemudian bahwa shalat yang dilakukannya tidak menghadap kiblat setelah dia berijtihad? Apakah ada bedanya antara jika hal tersebut terjadi di negri kafir dan negeri muslim atau di tengah padang pasir?

Jawab : 


Jika seorang berada dalam sebuah perjalanan atau berada di tempat yang tidak mudah baginya untuk mengetahui arah kiblat maka shalatnya sah, jika dia telah berijtihad untuk menetapkan arah kiblat, dan ternyata setelah itu tidak menghadap kearah kiblat.
Adapun jika dia berada di negri muslim, maka shalatnya tidak sah, karena memungkinkan baginya untuk bertanya siapa saja yang dapat menunjukinya arah kiblat, sebagaimana mungkin baginya untuk mengetahuinya dengan melihat masjid.
Pertanyaan :


Kami mendengar banyak orang yang melafazkan (mengucapkan) niat saat hendak shalat, apa hukumnya? apakah perbuatan tersebut ada landasan syar’inya?

Jawab :

Tidak terdapat dalil dalam syariat tentang mengucapkan niat, tidak juga terdapat riwayat dari Nabi  dan dari para shahabat bahwa mereka mengucapkan niat saat hendak shalat. Tempat niat hanyalah di hati, berdasarkan hadits Rasulullah shalallahu a'laihi wa sallam:

(( إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ باِلنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ))

“Sesungguhnya setiap amalan berdasarkan   niatnya,   dan   bagi   setiap   orang (dibalas sesuai) apa yang dia niatkan“(Muttafaq alaih, dari hadits Amirul Mukminin Umar bin Khattab radiyallahu 'anhu ).


Sumber : FATWA-FATWA PENTING TENTANG SHALAT ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ
               Penerjemah: ABDULLAH HAIDIR Murajaah: DR.MUH.MU’INUDINILLAH BASRI, MA
               ERWANDI TARMIZI Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

Sabtu, 22 November 2014

Bawalah hartamu hingga ke akhiratmu


Ustadz Abu Zubair Al Hawary, Lc, حفظه الله تعالى
Betapa banyak manusia yang terperdaya. Setiap waktu ia bergelut dengan dunia. Menumpuknya dan sedikit beramal kebaikan dengannya. Ia hanya berbangga dengan banyaknya harta. Ia lupa, bahwa kehidupan dunia hanya sementara.
Tiba-tiba ajal menjemputnya.
* Tumpukan batang emasnya,
* Kemegahan bangunan rumahnya,
* Kemewahan mobil pribadinya,
* Luasnya hamparan sawah ladangnya,
* Kecantikan paras istrinya, satupun tak ada yang berguna baginya.
Hanya kain kafan yang membalut tubuhnya, itulah yang ia bawa.
Saudaraku ..
Miliki harta dengan sebenarnya. Bawa ia hingga akherat Anda. Jadikan ia tetap bermanfaat dan berguna bagi Anda meski Anda telah meninggal dunia.
Bagaimana caranya ?
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha,
“Bahwasanya para sahabat menyembelih seekor domba lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Adakah sisa darinya?’
Aisyah berkata, ‘Tidaklah tersisa kecuali hanya pundaknya saja,’ beliau bersabda, ‘Tersisa semuanya kecuali pundaknya’.”
(HR. Muslim).
“…Lihatlah bagaimana Rosulullah shollallahu alaihi wasallam menanamkan kepada keluarganya, menjelaskan bahwasanya dari dunia ini yang benar-benar MILIK KITA yaitu adalah yang sudah kita KORBANKAN, kita SERAHKAN, kita NIATKAN UNTUK ALLAH azza wa jalla.
Yang lainnya akan Anda tinggalkan ketika Anda mati, Anda diantar ke kuburan.
Kalaupun ada mobil mengantar anda ke kuburan, sampai di tepi kuburan saja. Setelah itu Anda ditanam, kemudian mereka pulang. ISTRI Anda menikah dengan yang lain, HARTA Anda dibagi-bagi, TEMPAT TIDUR Anda sudah ditempati oleh LAKI-LAKI LAIN. Sudah. Habis…” 
sumber : bbg-alilmu.com

Kamis, 20 November 2014

Kuburan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam di dalam Masjid Nabawi

Pertanyaan:

Syaikh Shalih Alu asy Syaikh menjelaskan, ada tiga bentuk menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah yaitu;
1. menjadikan kuburan sebagai tempat sujudnya
2. shalat ke arah kuburan
3. menjadikan kuburan berada di dalam suatu bangunan. Dan bangunan itu adalah masjid.
Terkait masalah ini ana ingin bertanya, bagaimana bila kita shalat di dalam Masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat makam Rasulullah..?

Jawaban:
ustadz  Fuad Hamzah Baraba' LC

Masjid Nabawi tidak di bangun di atas kuburan.
Nabi صلى الله عليه و سلم tidak di kuburkan di dalam masjid, Beliau hanya di kuburkan di kamar 'Aisyah Radhiyallahu 'anhu yang terletak di sebelah timur masjid.
Proses masuknya kuburan Beliau tersebut bukan di lakukan oleh orang-orang yang perbuatannya menjadi hujjah dan patokan, bukan  Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan bukan pula khulafaur-Rasyidin yang praktek dan perbuatannya merupakan hujjah. Dan tidak pula terjadi pada zaman mereka.
Bahkan terjadi setelah (zaman) mereka dan kebanyakan sahabat yang tinggal di Madinah telah wafat, karena sahabat yang tinggal di Madinah yang terakhir wafat adalah Jabir bin Abdullah pada tahun 78 H (Tahdzirus sajid hal. 59).
Sedangkan renovasi oleh Umar bin 'Abdul 'Aziz atas instruksi Al-Walid bin 'Abdul Malik yang merambah ke kuburan Nabi tersebut terjadi setelahnya, yaitu pada tahun 91 H.

sumber: tanya-jawab BBG Al Ilmu

Carilah kedamaian ditiga tempat

ustadz Aan chandra Thalib حفظه الله تعلى


" Carilah ( kedamaian ) hatimu ditiga tempat,

disaat mendengarkan Al-Quran

disaat menghadiri majelis ilmu, atau

disaat engkau berkhalwat sendiri (dalam ibadah).

Jika engkau tidak mendapatkannya, maka memohonlah kepada Allah agar memberimu hati yang lain. Karena (pada hakikatnya) engkau tak lagi memiliki hati."


Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah dalam kitab fawaaid:1/149